Cerpen Persahabatan : " Seperti Bukan Teman"
"Seperti Bukan Teman"
Karya: Natalia Melati
Facebook: https://www.facebook.com/natalia.pangaribuan1
Facebook: https://www.facebook.com/natalia.pangaribuan1
Pagi ini aku bangun lebih awal, entahlah apa yang membuatku bersemangat di pagi ini.
“nanti di sekolah ada ulangan Agama, aku belajar dulu ah supaya dapat nilai bagus” pikirku dalam hati. Akupun mengambil buku agamaku lalu membacanya.
Setelah itu aku mandi karna sudah pukul 05.30, habis mandi aku berpakaian baju Putih Biru dan bergegas ke sekolah. Setiap pergi sekolah aku enggak pernah sarapan dulu. Bagiku itu tidak penting, karna aku masih kenyang. Aku makan satu hari satu kali. Mangkanya waktu itu aku sakit.
Sesampai di sekolah akupun belajar Agama lagi supaya dapat nilai bagus.
Kring… Kring… Kring… Bell tanda masuk sekolah. Pelajaran pertama adalah Agama.
“Aku sudah siap menghadapi ulangan Agama” pikirku dalam hati
Selama ulangan berlangsung aku mengerjakan begitu santai, karna apa yang ku pelajar kan tadi semua keluar. Setelah selesai aku mengumpulkan ulanganku.
Bu Sembiring pun langsung mengoreksinya.
“Anak anak ibu sudah koreksi ulangan kalian, nilai tertinggi adalah Stefany Alika dapat nilai 100, Anggita Kelly 9.8, Megan Anita 8.9, yang lainnya nilainya pas pasan” seru Bu Sembiring.
Kring… Kring… Kring… Bell istirahat.
Saat aku ingin ke toilet berdua sama Ribka tiba tiba Karel lewat.
Karel itu manatan aku. Entahlah semenjak aku mutusin dia, dia itu seperti enggak nganggep aku ini temannya. Kalau disekolah aku enggak pernah ngomong sama dia. Berbeda saat aku sama teman teman yang lain.
“emang apa sih salah aku sama Karel, kok dia begitu banget sama aku” pikir ku dalam hati
Setelah itu aku masuk kelas untuk mengikuti pelajaran seperti biasa.
Kring… Kring… Kring… Bell pulang sekolah.
Aku pulang bersama temanku Hellen, Ribka, dan Celine.
Dijalan kami bertemu Karel yang pulang sendiri, akhirnya kami pulang bareng. Tapi suasana bener bener berbeda. Karel, Hellen, Ribka, Celine mereka ngombrol, sambil bercanda selama perjalanan. Sedangkan aku… Aku hanya diabaikan, di diamin, dibuang seperti sampah.
Sesampai dirumah aku menulis di sebuah kertas.
“Apa sih salah aku? kenapa sih kamu enggak pernah nganggep aku sebagai teman mu sedikit aja. Maksud kamu apa sih, kamu pikir enak diginiin kaya aku? aku benci kamu Karel”
Lalu kertas itu ku bejek bejek dan ku buang lewat jendela kamar. Tiba tiba seorang laki laki sebayaku mengambil kertas itu dan membacanya. Setelah ia membaca, ia teriak dari luar “Stefany aku nganggep kamu sebagai teman aku kok”
Akupun nengok lewat jendela. Ternyata itu Karel.
“Karel… Apa benar yang kamu katakan tadi?” tanyaku tak menyangka
Karel hanya membalas dengan senyuman.
“tapi kenapa disekolah kamu enggak pernah nganggep aku sebagai teman kamu? kita berdua seperti bukan teman” keluhku kepada Karel
“karna aku pikir kamu udah enggak mau kenal sama aku lagi” jawab Karel
“maksud kamu?” tanya aku
“iya, gara gara kita pernah pacaran terus putus. Aku pikir kamu enggak akan mau kenal aku. Ya udah aku menjauh dari kamu” jawab Karel
“ya ampun Karel, enggak mungkinlah. Aku masih nganggep kamu sebagai teman aku kok. Kamu mau enggak jadi…” perkataan ku terputus
“jadi apa?” tanya Karel dengan mantap
“jadi teman” jawabku
“yah kirain jadi pacar! hahaha” kata Karel dengan leluconnya.
“hahaha” tawaku
Aku dan Karel pun jadi sahabat. Walau dulu seperti bukan teman.
“nanti di sekolah ada ulangan Agama, aku belajar dulu ah supaya dapat nilai bagus” pikirku dalam hati. Akupun mengambil buku agamaku lalu membacanya.
Setelah itu aku mandi karna sudah pukul 05.30, habis mandi aku berpakaian baju Putih Biru dan bergegas ke sekolah. Setiap pergi sekolah aku enggak pernah sarapan dulu. Bagiku itu tidak penting, karna aku masih kenyang. Aku makan satu hari satu kali. Mangkanya waktu itu aku sakit.
Sesampai di sekolah akupun belajar Agama lagi supaya dapat nilai bagus.
Kring… Kring… Kring… Bell tanda masuk sekolah. Pelajaran pertama adalah Agama.
“Aku sudah siap menghadapi ulangan Agama” pikirku dalam hati
Selama ulangan berlangsung aku mengerjakan begitu santai, karna apa yang ku pelajar kan tadi semua keluar. Setelah selesai aku mengumpulkan ulanganku.
Bu Sembiring pun langsung mengoreksinya.
“Anak anak ibu sudah koreksi ulangan kalian, nilai tertinggi adalah Stefany Alika dapat nilai 100, Anggita Kelly 9.8, Megan Anita 8.9, yang lainnya nilainya pas pasan” seru Bu Sembiring.
Kring… Kring… Kring… Bell istirahat.
Saat aku ingin ke toilet berdua sama Ribka tiba tiba Karel lewat.
Karel itu manatan aku. Entahlah semenjak aku mutusin dia, dia itu seperti enggak nganggep aku ini temannya. Kalau disekolah aku enggak pernah ngomong sama dia. Berbeda saat aku sama teman teman yang lain.
“emang apa sih salah aku sama Karel, kok dia begitu banget sama aku” pikir ku dalam hati
Setelah itu aku masuk kelas untuk mengikuti pelajaran seperti biasa.
Kring… Kring… Kring… Bell pulang sekolah.
Aku pulang bersama temanku Hellen, Ribka, dan Celine.
Dijalan kami bertemu Karel yang pulang sendiri, akhirnya kami pulang bareng. Tapi suasana bener bener berbeda. Karel, Hellen, Ribka, Celine mereka ngombrol, sambil bercanda selama perjalanan. Sedangkan aku… Aku hanya diabaikan, di diamin, dibuang seperti sampah.
Sesampai dirumah aku menulis di sebuah kertas.
“Apa sih salah aku? kenapa sih kamu enggak pernah nganggep aku sebagai teman mu sedikit aja. Maksud kamu apa sih, kamu pikir enak diginiin kaya aku? aku benci kamu Karel”
Lalu kertas itu ku bejek bejek dan ku buang lewat jendela kamar. Tiba tiba seorang laki laki sebayaku mengambil kertas itu dan membacanya. Setelah ia membaca, ia teriak dari luar “Stefany aku nganggep kamu sebagai teman aku kok”
Akupun nengok lewat jendela. Ternyata itu Karel.
“Karel… Apa benar yang kamu katakan tadi?” tanyaku tak menyangka
Karel hanya membalas dengan senyuman.
“tapi kenapa disekolah kamu enggak pernah nganggep aku sebagai teman kamu? kita berdua seperti bukan teman” keluhku kepada Karel
“karna aku pikir kamu udah enggak mau kenal sama aku lagi” jawab Karel
“maksud kamu?” tanya aku
“iya, gara gara kita pernah pacaran terus putus. Aku pikir kamu enggak akan mau kenal aku. Ya udah aku menjauh dari kamu” jawab Karel
“ya ampun Karel, enggak mungkinlah. Aku masih nganggep kamu sebagai teman aku kok. Kamu mau enggak jadi…” perkataan ku terputus
“jadi apa?” tanya Karel dengan mantap
“jadi teman” jawabku
“yah kirain jadi pacar! hahaha” kata Karel dengan leluconnya.
“hahaha” tawaku
Aku dan Karel pun jadi sahabat. Walau dulu seperti bukan teman.
0 komentar: